BINTANG

Rabu, 22 Oktober 2014

KISAH HIDUP JOKO WIDODO PRESIDEN RI KE-7


http://gambardanfoto.com/wp-content/uploads/2013/11/gambar-garuda-522x555.jpg
Masa kecil Jokowi bukanlah orang yang berkecukupan, bukanlah orang kaya. Ia anak tukang kayu, nama bapaknya Noto Mihardjo, hidupnya amat prihatin, dia besar di sekitar Bantaran Sungai. Ia tau bagaimana menjadi orang miskin dalam artian yang sebenarnya.
Bapaknya penjual kayu di pinggir jalan, sering juga menggotong kayu gergajian. Ia sering ke pasar, pasar tradisional dan berdagang apa saja waktu kecil. Ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana pedagang dikejar-kejar aparat, diusiri tanpa rasa kemanusiaan, pedagang ketakutan untuk berdagang. Ia prihatin, ia merasa sedih kenapa kota tak ramah pada manusia.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHGONoTAeNdgBrmwV6A4wbaT_GtFBe-Gqfdveyfab6rZuV4dG5MTHhnYZ5jFPzVyHGxEZ-VPV5W8ZTF7yAJ-LhdbaAMdCpYRrhDuxr_x9ma9Q6WHFmPSbzNX1MJZfg2Sw4HwOgPWc9nCyf/s640/dufsgdfui.jpg
JOKOWI PRESIDEN RI KE-7
Sewaktu SD ia berdagang apa saja untuk dikumpulkan biaya sekolah, ia mandiri sejak kecil tak ingin menyusahkan bapaknya yang tukang kayu itu. Ia mengumpulkan uang receh demi receh dan ia celengi di tabungan ayam yang terbuat dari gerabah. Kadang ia juga mengojek payung, membantu ibu-ibu membawa belanjaan, ia jadi kuli panggul. Sejak kecil ia tau bagaimana susahnya menjadi rakyat, tapi disini ia menemukan sisi kegembiraannya.
Ia sekolah tidak dengan sepeda, tapi jalan kaki. Ia sering melihat suasana kota, di umur 12 tahun dia belajar menggergaji kayu, tangannya pernah terluka saat menggergaji, tapi ia senang dan ia gembira menjalani kehidupan itu, baginya “Luwih becik rengeng-rengeng dodol dawet, tinimbang numpak mercy mbrebes mili”. Keahliannya menggergaji kayu inilah yang kemudian membawanya ingin memahami ilmu tentang kayu.
Lalu ia berangkat ke Yogyakarta, ia diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, jurusan kehutanan. Ia pelajari dengan tekun struktur kayu dan bagaimana pemanfaatannya serta teknologinya. Di masa kuliah ia jalani dengan amat prihatin, karena tak ada biaya hidup yang cukup. Kuliahnya disambi dengan kerja sana sini untuk biaya makan, ia sampai lima kali indekost karena tak mampu biaya kost dan mencari yang lebih murah.
Hidup dengan prihatin membawanya pada situasi disiplin, Jokowi mampu menerjemahkan kehidupan prihatinnya lewat bahasa kemanusiaan, bahwa dalam kondisi susah orang akan menghargai tindakan-tindakan manusiawi, disinilah Jokowi belajar untuk rendah hati.
Setamat kuliah ia tetap menjadi tukang gergaji kayu, tapi ia sudah memiliki wawasan, ia melihat industri kayu berkembang pesat, ia mendalami mebel. Disini ia pertaruhkan segalanya, rumah kecil satu-satunya bapaknya ia jaminkan ke Bank. Dan ia berhasil, ia bukan saja tapi ia juga pengambil resiko yang cerdas, ia berhasil dari sebuah bengkel mebel dengan gedek disamping pasar yang kumuh berhasil dikembangkan. Ia menangis ketika pekerja-pekerjanya bisa makan.
Suatu saat ia kedatangan orang Jerman bernama Micl Romaknan, orang Jerman ini kebetulan tidak membawa grader (ahli nilai) kayu, ia ngobrol dengan Jokowi, kata orang Jerman itu : “Wah, di Jepara saya ketemu orang namanya Joko, baiklah kamu kunamakan saja Djokowi, kan mirip Djokovich” akhirnya terciptalah sebuah nickname Jokowi yang melegenda itu.
Perkembangan bisnisnya bagus, ia dipercaya kerna ia jujur, orang Jerman suka dengan orang yang jujur dan pekerja keras, Jokowi hanya tidur 3 jam sehari, selebihnya adalah kerja. Ia tak pernah makan uang dari memeras atau pungli, ia makan dari keringatnya sendiri. Dengan begitu hidupnya berkah. Jokowi berhasil mengekspor mebel puluhan kontainer dan ia berjalan-jalan di Eropa.
Tidak seperti kebanyakan orang Indonesia yang mengunjungi Eropa dengan cara hura-hura atau foto sana, foto sini tanpa memahami hakikat masyarakatnya. Jokowi di Eropa berpikir reflektif. “Kenapa kota-kota di Eropa, kok sangat manusiawi, sangat tinggi kualitasnya baik kualitas penghargaan terhadap ruang gerak masyarakat sampai dengan kualitas terhadap lingkungan” lama ia merenung ini, akhirnya ia menemukan jawabannya “Ruang Kota dibangun dengan Bahasa Kemanusiaan, Bahasa Kerja dan Bahasa Kejujuran”. Tiga cara itulah yang kemudian dikembangkan setelah ia menduduki jabatan di Solo.
Setelah sukses di bisnis, Jokowi berpikir “Bagaimana ia bisa berterima kasih pada bangsanya” lalu ia mendapatkan jawabannya, bahwa contoh terbaik untuk berterima kasih adalah menjadi pemimpin rakyat yang bertanggung jawab. Lalu ia masuk ke dalam dunia politik dengan seluruh rasa tanggung jawab. Pertanggung jawaban politiknya adalah pertanggungjawaban moral bukan karena ia mencari hidup dalam dunia politik, ia ikhlas dalam bekerja, baginya inilah cara berterima kasih pada bangsanya.
Ia masuk ke dalam dunia politik, awalnya tidak dipercaya, karena sosoknya lebih mirip tukang becak alun-alun kidul tinimbang seorang gagah yang hebat, dalam masyarakat kita, sosok dengan ‘bleger’ yang besar lebih diambil hati ketimbang orang dengan sosok kurus, ceking dan tak berwibawa itulah yang dialami Jokowi, tapi beruntung bagi Jokowi, saat itu masyarakat Solo sedang bosan dengan pemimpin lama yang itu itu saja, mereka mencoba sesuatu yang baru. Akhirnya Jokowi menang tipis.
Masyarakat mempercayainya dan ia menjawabnya dengan “Kerja” ia siang malam bekerja untuk kotanya, ia datangi tanpa lelah rakyatnya, ia resmikan gapura-gapura pinggir jalan, ia hadir pada selamatan-selamatan kecil, ia terus diundang bahkan untuk meresmikan pos ronda sebuah RW sekalipun. Ia bekerja dari akarnya sehingga ia mengerti anatomi masyarakat.
Suatu hari Jokowi didatangi Kepala Satpol PP. Kepala Satpol itu meminta pistol karena ada perintah pemberian senjata dari Mendagri. Jokowi meradang dan menggebrak meja “Gila apa aku menembaki rakyatku sendiri, memukuli rakyatku sendiri…keluar kamu…!!” kepala Satpol PP itupun dipecat dan diganti dengan seorang perempuan, pesan Jokowi pada kepala Satpol PP perempuan itu “Kerjalan dengan bahasa cinta, kerna itu yang diinginkan setiap orang terhadap dirinya, cinta akan membawa pertanggungjawaban, masyarakat akan disiplin sendiri jika ia sudah mengenal bagaimana ia mencintai dirinya, lingkungan dan Tuhan. Dari hal-hal inilah Jokowi membangun kota-nya, membangun Solo dengan bahasa cinta….”.
Apakah di Jakarta ia tak bakalan mampu? banyak yang nyinyir bahwa Solo bukan Jakarta. Tapi apa kata Jokowi “Hidup adalah tantangan, jangan dengarkan omongan orang, yang penting kerja, kerja dan kerja. Kerja akan menghasilkan sesuatu, sementara omongan hanya menghasilkan alasan”
Jokowi berangkat dalam alam paling realistisnya. Kepemimpinan yang realistis, bertanggungjawab dan kredibel. Beruntung Indonesia masih memiliki Jokowi, pada Jokowi : “Merah Putih ada harapan berkibar kembali dengan rasa hormat dan bermartabat sebagai bangsa.

TOLAK MONEY POLITIK

Maraknya aktivitas money politic dalam setiap perhelatan pemilu satu dekade belakangan ini, telah berdampak pada terbentuknya karakter pemilih pemilu yang menjadikan kebendaan semata seperti uang, beras, dan sejenisnya sebagai dasar dalam menyalurkan hak suara serta menentukan pilihan pada saat pemilu. Ini tentu saja bertentangan dengan  UUD 1945 pasal 1 tentang  bentuk dan kedaulatan. rakyatlah yang berdaulat. Rakyat punya hak untuk memilih secara bebas. Jangan terbuai dengan uang yang hanya sesaat dan kita harus menahan derita selama 5 tahun.
PROTOKOL
Kedaulatan rakyat merupakan pilihan ideologi politik bangsa ini. Secara konstitusional komitmen keberpihakan itu ditunjukkan rakyat sebagai sosok yang berdaulat dalam menunjuk tangan kekuasaan yang mewakilinya. Konsesus politik itu secara eksplisit disebutkan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut undang-undang. Kehendak rakyat termanifestasi pada mekanisme distribusi kekuasaan kepada pihak yang mewakilinya. Dari hal itu menujukkan ada yang sedang "berdaulat/rakyat” dan "didaulat/pemerintah".

Kita harus berani mengatakan bahwa konstitusi telah mengukuhkan bahwa rakyatlah penguasa sebenar-benarnya dan pemerintah sebagai pelayan dari kehendak/aspirasi rakyat. Dalam konteks pemilu 2014 , rakyat dihadapkan pilihan politik untuk memilih pelayan terbaik dalam memenuhi kepentingan konstitusionalnya. Jika rakyat dapat berfikir kritis, ia pasti akan memilih figur atau visi kandidat yang memiliki komitmen keberpihakan terhadap konsep kedaulatan rakyat. Bila hal itu terwujud, sosok pelayan terpilih pasti dapat menginventarisasi kepentingan konstitusional rakyat Bali dalam taraf lokal maupun nasional bahkan internasional

Rakyat  Bali pun dapat melawan watak manipulatif politik uang, dan kata menang hanya dimiliki kandidat yang jujur, berani, serta peduli dengan nasib rakyat dan lingkungan. Spekulasi politik para elite dan pengamat politik menjadi buyar karena kata menang hanya bersandarkan pada faktor koalisi partai, atau modal kampanye yang besar. Semua tergantung dari rakyat, apakah kita mau menggunakan hak kedaulatan yang dijamin konstitusi tanpa di pengaruhi oleh politik uang, jika tidak demikian, jangan berharap kita dapat melalui pemilu yang bersih dan jujur.

TANTANGAN INDONESIA HADAPI AEC 2015


Masyarakat Ekonomi ASEAN (MAE) atau ASEAN Economic Community (AEC) yang merupakan kesepakatan negara-negara ASEAN dalam meningkatkan kerja sama bidang perekonomian akan diberlakukan pada 31 Desember 2015. Bentuk kerja sama ini bertujuan agar terciptanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih, serta aliran investasi yang lebih bebas.
WIDI MAHASISWA UNIVERSITAS MAHENDRADATTA FAKULTAS ILMU HUKUM
Dari data Bang Dunia 2011 memperlihatkan bahwa Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di negara-negara ASEAN dan berada pada urutan ke tiga di Asia setelah China dan India. Selain itu, realisasi investasi Indonesia pada tahun 2012 mencapai Rp 313,2 triliun yang merupakan nilai tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Kelemahan utama Indonesia terletak pada sinkronisasi program dan kebijakan antar pemerintah daerah dan pusat serta mind-set masyarakat khususnya para pelaku usaha yang belum seluruhnya melihat peluang pengembangan perekonomian di MEA 2015 mendatang dan SDM indonesia sampai saat ini juga tergolong masih rendah kualitasnya, terutama ahli-ahli atau sarjana eksakta (teknik) yang masih kurang.
Pemerintah harus berusaha keras untuk mempersiapkan Indonesia menghadapi MEA 2015. Indonesia tidak akan mampu bersaing dengan negara lain jika pemerintah kurang mendukung kebijakan yang telah ditentukannya sendiri. Salah satunya yaitu dengan memberantas tindakan korupsi yang telah merugikan negara. Kebijakan pemerintah tentunya untuk meningkatkan kualitas negara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selasa, 21 Oktober 2014

AIR TERJUN LEMUKIH

Menuju Desa Lemukih
Kalau mau berburu air terjun sepertinya di kabupaten Buleleng tempatnya, seperti yang satu ini air terjun lembah Lemukih, yang terletak di desa Lemukih, kecamatan Buleleng. Terletak sekitar 72km dari kota Denpasar, melalui jalur Mengwi-Bedugul menuju Singaraja, jalanan ke lokasi berkelok-kelok dengan pemandangan lembah dan pegunungan yang asri, cuaca sejuk memang cukup terasa sejuk setelah memasuki kawasan Bedugul, sebagai ciri khas daerah Buleleng, wilayah perbukitan dipenuhi kebun cengkeh yang tinggi, nuansa alam yang masih alami ini, memberikan sambutan setiap pengunjung sebelum sampai ditujuan sesungguhnya.
Air Terjun Lemukih
Setelah sampai di parkir, perjalanan dilanjutkan melalui jalan setapak sekitar 200 meter, medan tidak banyak menguras tenaga, karena tidak ada medan yang terlalu terjal, suasana asik dan ceria dalam perjalanan, berpetualang menyusuri jalan setapak dengan nuansa alam pedesaan yang masih alami dan jauh dari polusi. Dan pada akhirnya sampai ketujuan sesungguhnya, tiga buah air terjun terpampang di depan mata, pesona alam hijau dipadu dengan gemuruh air terjun terasa begitu serasi. Walaupun air terjun ini tidak begitu tinggi, hanya 4 meter yang paling tinggi dan 2 air terjun lebih rendah ada disebelahnya.
Air terjun Lemukih, berada di alam tenang, belum banyak pengunjung, karena sepertinya belum banyak wisatawan yang mengetahui tentang keberadaan air terjun ini, sehingga kita bisa dengan leluasa bisa menikmatinya baik itu mandi dan berenang, photo-photo ataupun menyaksikan pesona air terjun. Atur perjalanan tour anda untuk menikmati dan mengeksplorasi keindahan objek wisata yang ada di Bali Utara.INFO SELENGKAPNYA

KULINER KHAS DESA LEMUKIH

DEWATA NEWS-BULELENG
Desa Lemukih yang mewakili Kecamatan Sawan memamerkan aneka kuliner khas Desa Lemukih dalam ajang Lomba Desa Terpadu Tingkat Kabupaten Buleleng, pada Kamis (6/3). Menurut Luh Ekayani, anggota PKK Desa Lemukih bahwa yang disajikan dan dipamerkan merupakan makanan favorit di Desa Lemukih, diantaranya belayag kuah, ketipat entil berupa ketupat yang dibungkus daun pisang yang diisi sayur, pesan be-bean yang terbuat dari sayur undis yang ditumbuk dikasi bumbu dan dibungkus lalu dikukus, dan serapah. 
Ketika Wakil Bupati Buleleng dr.Nyoman Sutjidra,Sp.OG serta Tim Penilai dan rombongan SKPD melihat pameran kuliner itu, Ketua TP.PKK Buleng Nyonya Aries Suradnyana menjelaskan keistimewaan dan kegurihan kuliner itu dibandingkan kuliner serupa.  Mendengar penjelaskan itu ,semua tertarik mencoba, lantas menyempatkan waktu untuk membeli aneka kuliner itu sehingga dalam sekejap sudah habis.
Potensi lain yang dipamerkan berupa hasil pertanian setempat seperti durian dan manggis, lalu kerajinan tangan dari rangkaian korek api, serta hasil KWT berupa kerupuk ketela, jajan upacara, madu dan kopi bubuk Lemukih. Wakil Bupati dalam sambutannya secara khusus mengapresiasi tampilan koor PKK yang menyanyikan lagu pencegahan kanker.

Copyright © 2014. Terimakasih Telah Menjadi Bagian Penyebaran Informasi . Seluruh Isi Kontent Merupakan Hak Cipta DEWATA NEWS dan Media Partner : http://www.dewatanews.com/2014/03/kuliner-khas-desa-lemukih-dalam-lompa.html#ixzz3Gmtnko4E

Mitos Lemukih Ngaben Tanpa Api

Setiap daerah tentu memiliki mitos yang berbeda-beda. Mitos berkembang di masyarakat dari mulut ke mulut yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang dan memiliki maksud tertentu seperti sebuah kepercayaan yang ditampilkan sebagai sesuatu yang sangat dekat bagi kehidupan manusia dengan lingkungan yang sifatnya patut dipercaya dan dijadikan teladan atau pedoman hidup. Seperti apa yang diyakini masyarakat di Desa Lemukih Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yaitu “Mitos Larangan Membakar Mayat Saat Ngaben atau sering dikatakan (bila tanem atau mratiwi)”. Yakni mitos berupa larangan yang sampai saat ini masih ditaati oleh masyarakat Lemukih. Larangan tersebut adalah khususnya untuk masyarakat Lemukih tidak diperbolehkan membakar mayat pada saat upacara Ngaben dilaksanakan. Desa Lemukih merupakan salah satu desa tertua yang ada di Kabupaten Buleleng. Lemukih banyak memiliki keunikan-keunikan tersendiri dibandingkan dengan desa-desa yang lainnya. Dilihat dari penggunaan bahasa masyarakat Lemukih masih menggunakan bahasa Bali aga, dan memiliki tradisi serta mitos yang masih sangat kental dan sangat ditaati. Keberadaan mitos tentang “Larangan Membakar Mayat Saat Ngaben” pada kenyataanya tidak ada buku, atau pun sumber lainnya yang menyebutkan tentang informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut. Penulis hanya mendapat informasi dari keterangan atau pendapat tetua adat atau tokoh masyarakat untuk menggali informasi mengenai mitos tersebut.
Diceritakan oleh salah satu tetua adat I Made Widhi (wawancara, 18 Desember 2011). Beliau adalah seorang mantan Kelian Adat (Ketua Adat) mengatakan bahwa masyarakat Lemukih menganggap mitos tersebut menjadi suatu kebenaran yang pasti dan tidak bisa diganggu gugat. Sesuatu itu demikian karena memang demikian adanya. I Made Widhi mengisahkan ”Larangan Membakar Mayat Saat Ngaben” itu memang sudah dilakukan secara turun-temurun. Upacara Ngaben yang tidak dengan membakar mayat atau disebut dengan “bila tanem atau mratiwi”. Filosofinya agar ragha sarira yang berasal dari unsur pertiwi sementara dapat merunduk pada pertiwi dulu. Yang secara ethis dilukiskan agar mereka dapat mencium bunda pertiwi. Selain itu, di desa Lemukih ada salah satu pura yang merupakan salah satu pura dasar atau pura yang paling di keramatkan oleh masyarakat Lemukih. Pura yang letaknya di sebelah kanan desa Lemukih itu memiliki letak yang sangat strategis keberadaan pura tepat berada di puncak bukit. Maka dari itu, pura itu disebut dengan “Pura Bukit Cemara Geseng”.
Ngaben yang ada di Lemukih awalnya diistilahkan dengan “Pemuunan” yang artinya pembakaran. I Made Widhi juga mengatakan “Dulu, upacara Ngaben dengan membakar mayat pernah dilakukan di Lemukih, hanya saja pada waktu proses pembakaran mayat berlangsung kejadian aneh terjadi. Tiba-tiba api yang dinyalakan untuk membakar mayat selalu mati hingga api tidak bisa dinyalakan dan mayat yang ada di dalam peti tiba-tiba mengeluarkan keringat. Tidak hanya itu, ada beberapa masyarakat yang ada di sekitar tempat dilangsungkannya upacara pembakaran mayat itu mengalami (kelingsenan) atau kesurupan massal. Salah satu orang yang mengalami (kelingsenan) itu mengatakan bahwa upacara pengabenan tidak boleh dilakukan dengan membakar mayat, karena asap dari pembakaran mayat itu akan sampai ke Pura Bukit Cemara Geseng yang sudah tentu menyebabkan pura itu “leteh” atau kotor. Pengabenan cukup dilakukan dengan mencabut tanaman yang hidup disekitar kuburan dari yang di abenkan. Kemudian, tanaman yang sudah dicabut dibungkus dengan kain putih kuning dan dibawa oleh anak perempuan yang masih kecil (suci).
Setelah kejadian itulah masyarakat Lemukih meyakini bahwa upacara Ngaben tidak dilakukan dengan cara membakar mayat tetapi mencabut tanaman yang tumbuh di sekitar kuburan yang di aben. Apabila larangan itu dilanggar maka seluruh desa akan mengalami malapetaka seperti ”Gerubug “ yang artinya meninggal tanpa sebab yang pasti .       
klik untuk info berita

Bali Caring Community

Pada hari Jumat tgl 17 Agustus 2012 kami mengunjungi 100 warga miskin di Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Ke 100 warga miskin tersebut berasal dari 5 Banjar Dinas yang ada di Linkungan Desa Lemukih yaitu Br. Dinas Desa, Br. Dinas Nangka, Br. Dinas Lemaya, Br. Dinas Nyuh, dan Br. Dinas Buah Banjah. Sebagian besar warga adalah Lansia Miskin dan Penyandang Cacat.
Pada kesempatan itu turut hadir:
Salah satu warga penerima Sumbangan
  • Kepala Desa Lemukih: Ketut Budiarta
  • Kepala Urusan Pembangunan: I Gede Gunasari
  • Kepala Urusan Pemerintahan: I Ketut Arsana
  • Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat: I Made Astrawan
  • Sekretaris Desa Lemukih: Gede Ginarsa
  • Sukarelawan BCC: Gede Mertadana, Pradjna Paramita, Fedy Romamti, Putu Darma Semadi, Florentia Juliana
Ke 100 warga tsb (data terlampir) adalah sbb:
BR. DINAS DESA BR. DINAS NANGKA BR. DINAS NYUH
1. PAN CINA 1. MEN BANDI 1. MANGKU SEMI
2. PAN SAMAR 2. NENGAH PINDRIH 2. PAN TARIP
3. J. MEN JADIASA 3. GEDE MADU 3. MANGKU NARA
4. PAN SRINDUH 4. MEN LANIS 4. PAN SUWE
5. KETUT NABA 5. MEN BOGI 5. MEN BAJEG
6. PAN KARMAN 6. PAN KARTIARI 6. PAN BARDIN
7. PAN SRIAKI 7. PAN SUASTINI 7. PAN MELI
8. MEN TADI 8. BAYAN YAMIN 8. MEN GUNADI
9. PAN SRIWATI 9. MEN MANGKU WIJIN 9. KD. SUCI ASTINI
10. PAN RENTIASIH 10. MEN SURA 10. CENIK SETEL
11. PAN DIANA 11. MEN WIJA 11. PAN TIASA
12. MEN KREASIH 12. PAN ARUMAWAN 12. PAN PURYA
13. MEN TARI 13. AGUS BUDI HERMAWAN 13. PAN KARIANING
14. PAN SLEKER 14. GEDE WIDIASARI 14. MEN BAYAN DAR
15. PAN RASMIN 15. PAN TERIMA 15. KETUT DANING
16. PAN RENTIKA 16. PAN SUARTANA 16. NENGAH BUKIAWAN
17. PAN TAWAN 17. MEN TIRTA 17. KETUT NARIASA
18. MEN BIKIN 18. NYOMAN MERTI 18. PAN DARTA
19. NENGAH WATER 19. KM. AGUS E. PRADNYANA 19. MEN SEDIASIH
20. PAN METER 20. BAYAN MUDRI 20. MEN SALAM
21. NENGAH KANDI 21. KM. WIDANA 21. NYOMAN DARMINI
22. GEDE LESTIADA 22. PAN SWASTA 22. WAYAN MUDIANA
23. PUTU ANGGRENI 23. WAYAN SARI

24. PAN RESMI 24. PAN KARDI BR. DINAS BUAH BANJAH
25. KETUT DATI 25. MEN RASMIN 1. MEN RESEP
26. PAN ANTAYA 26. MEN SRIDANGSIAH 2. NGH CERITA
27. P SARTA 27. MEN DASI GEJER 3. NYM SUKRASNA
28. PAN SWASTA

4. GD RESTIKA
29. PAN WIDIADA BR. DINAS LEMAYA 5. W SUDARMA
30. NENGAH RANTEN 1. MEN CETI 6. GEDE SAMA
31. PAN JATIASIH 2. MEN NANTRI 7. GD ARDI ASTADA


3. KETUT LIEP 8. GD REDI SI’PRAWAN


4. MADE RENCANI 9. MEN SEDEP


5. WAYAN WANIA 10. W PASTIKA


6. KOMANG DENI



7. NENGAH KINIS



8. MEN KAMAR

Entri Populer